Jumat, 21 Juli 2017

Filosofi Kopi: Rasa, Cinta, dan Nyawa


Semua yang memiliki rasa,Dia punya nyawa

Tulisan ini sengaja saya buat untuk diriku sendiri yang terlena dalam sepi ketika rasa penasaran memecah beranda hati. Namun senyuman yang lahir dari lubuk hatiku tak lagi mampu tertahan oleh senyumanya Mbak Brie dalam Film Filosofi Kopi 2. Ya… senyuman manis itu terlalu manis bagi diriku yang kalua minum kopi saja tidak pakai gula.
Selayaknya para jomblo yang berkeliaran liar di dunia ini, sore 19 Juli 2017 aku mencoba mengintip dompetku untuk memastikan bahwa masih ada lembaran-lembaran rupiah bergambar pahlawan yang tersisa di dalamnya.
Kenapa filosofi kopi? Ya eaaaalaaaah…. Secara film ini sudah lama aku tunggu, bersama dengan Fajar sahabatku, dia juga seakan berperan sebagai seseorang yang menyukai film ini, meski dia jarang minum kopi dan (mungkin) nangis ketika menonton film filosofi kopi 2 ini, lalu setelah selesai menonton film ini dia mendengarkan alunan musik indie lewat leptopnya. Intinya filosofi kopi 2 ini memiliki perbedan dengan film filosofi kopi 1, kenapa karena objek yang ingin disasar dari film ini cukup berbeda dari ekspektasiku sebelumnya, bahwa sebelum aku melihat film ini aku sudah melihat film filosofi kopi the serie maupun yang special episode, keduanya menceritakan bagaimana kopi seakan menjadi tokoh utama yang dikultuskan dalam diri Jodi dan Ben.
Namun, “lha kok bajilak” ketika aku menonton filosofi kopi 2 ini seakan kopi menjadi obat nyamuk atas perasaan hatinya mas Jodi dan Mas ben, kalua mas Jodi si aku nggak masalah, karena dia dekat dengan Mbak Luna secara aku sudah pernah dan masih hafal dengan mbak Luna. Tapi…. Ini lo mas Ben kok malah bergandengan mesra dan menebar senyum “genit” dengan mbak-mbak yang Brie…. Walah kalau kayak gini, terus sahabatku yang bernama Fajar Sasongko menebar senyum kepada siapa ya? Entahlah itu urusan dia dengan hatinya.
Ada beberapa hal yang bisa di ambil pelajaran dari Film ini, Pertama bahwa tidak semua kopi rasanya pahit, namun kopi juga bisa berasa asem, coba lihat adegan ketika Mas Ben dengan Mas Jodi menawarkan kopinya kepada para investor dia kaget dengan rasa kopi yang ditawarkan oleh Mas Ben dimana kopinya berasa asem “Koyo kelek”. Seperti status saya di dalam Facebook bahwa menikmati kopi bisa dilakukan dengan hipnotherapi, dimana kita bisa menghipnoterapi diri kita sendiri untuk bisa merasakan kopi itu tidak semua pahit.
Kedua, kopi bisa dijadikan anak. Tentu saya tidak akan pernah lupa dengan adegan di kebun kopi bahwa dalam perbincangan “kopi ini seperti anak sendiri, menemani ketika dia tumbuh, hingga akhirnya berbiji dan panen”, Nampaknya ini bisa dijadikan ide rujukan bagi sahabat-sahabatku yang saat ini masih ngenes dalam kekangan diskriminasi kejombloannya yang abadi. Jadi ketika kopi bisa dijadikan alternatif anak, maka kalian kaum jomblo tidak perlu repot-repot mencari pacar yang menyusahkan hidup dengan rasa curiga dan cemburunya yang membabi buta, dengan horror curiga tanpa jeda. Bagi kaum jomblo yang berminat untuk mencoba kesetiaan dan mencurahkan rasa cintanya mungkin bisa dialihkan kepada kopi saja, karena kopi bisa disayang, dicintai, dirawat, ya seperti pacar sendirilah, dan pastinya kopi tidak cemburuan, tidak rewel, tidak posesif, dan menghasilkan pundi-pundi cuan untuk agan-agan semua.
Ketiga, bahwa kopi bisa dijadikan sarana mencari jodoh. Masih tergambar dengan jelas bagaimana perasaan cinta itu tumbuh, bersemi, dan berkembang pada diri Mas Ben dan Mas Jodi, ketika mereka berdua menemukan “gondrong” pilihan hatinya. Itu semua karena kopi, bayangkan saja kalua filmnya berjudul filosofi the, atau filosofi jahe, tentu mereka tidak akan menemukan pujaan hatinya melalui kopi, dan sudah pasti pula hal itu bukanlah hal yang seru untuk dibahas, ya istilahnya kurang so sweet lah. Dari bijih kopi cinta bisa tumbuh dan bersemi, dari secangkir kopi kita bisa menikmati kopi. Itulah kenikmatan hidup ini, bahwa menikmati hidup tidaklah  serumit memikirkan sebuah universitas yang berjalan secara local wishdom, cukup secangkir kopi dan sebatang nikotin serta berbagi tawa dan canda, saya yakin hal itu lebih menyenangkan daripada terus menerut terpaku menatap lepto dengan kolom-kolom excel berisi daftar pembayaran mahasiswa.
Yakinlah bahwa hidup ini sebenarnya simpel kok, cukup dijalani dan dinikmati, kalau bahasa warungnya “Iso dilakoni, ora iso ditinggal ngopi”, tak perlu bekerja terlampau keras hingga akhirnya mati demi pekerjaan, atau mati memperebutkan jabatan, hidup ini indah kok, cukup naik fortuner, jalan-jalan ke Jogja, Makassar, Lampung, Jakarta, Lampung sambil ditemani sama mbak Luna atau Mbak Brie, simpel to…. Atau jalan-jalan keliling Indonesia dan membagi-bagikan kopi bagi para penikmat kopi.
Mari berimajinasi, bahagia, dan ngopi.

hsn.

Jumat, 04 November 2016

Melawan Diri Sendiri


Pada dasarnya memang benar apa yang diceritakan dalam kitab suci, bahwa Tuhan menciptakan Manusia untuk mengelola dunia ini, selain itu cerita bahwa manusia adalah mahluk sempurna dengan kelebihan yang dimilikinya berupa Akal dan Nafsu, memang bukanlah sebuah isapan jempol saja, hal itu memang benar adanya. Setidaknya hal tersebut dapat dibuktikan bahwa manusia memang meiliki akal, dan akal tersebut digunakan untuk menunjang kehidupan manusia.
Contoh yang paling sederhana dari akal yang dimiliki oleh manusia adalah manusia mampu menciptakan pakaian, tentu pakaian digunakan oleh manusia untuk melindungi tubuhnya dari perubahan suhu, atau dari serangan baik dari hewan ataupun manusia lain. Tidak hanya itu, dalam kehidupanya untuk mempermudah komunikasi, manusia menciptakan alat komunikasi berupa telefon, bahkan di masa sekarang manusia telah mampu menciptakan dunia sendiri yang terpisah dari dunia nyata, yaitu dunia maya, dengan kacanggihan dan perkembangan yang ada di dalamnya.
Tentu hal tersebut merupakan buah dari akal yang dimiliki oleh manusia. Sekarang yang kedua adalah nafsu, diceritakan bahwa manusia di dunia ini dibekali dengan nafsu, nasfu diartikan sebagai sebuah keinginan atau ambisi yang ingin diperoleh oleh manusia dalam kehidupanya. Salah satu contoh nafsu yang paling mudah ditemukan dari diri manusia yaitu nafsu makan, nafsu seorang laki-laki terhadap lawan jenisnya, atau yang paling nyata adalah nafsu yang dimiliki oleh seseorang terhadap harta dan tahta atau jabatan.
Bagi saya, nafsu yang berhubungan dengan harta inilah yang sangat sulit untuk dihindari, mengapa sulit, karena dalam menjalankan roda kehidupanya manusia selalu membutuhkan modal materi, meski jumlah yang dibutuhkan bervariasi antara satu individu dengan individu yang lainya. Meski demikian, pada dasarnya keinginan akan harta baik uang atau bentuk lainya, merupakan suatu keinginan yang memang sulit untuk dihindari. Tidak hanya itu, tidak jarang seseorang rela melakukan apa saja demi mendapatkan harta.
Memang hubungan antara manusia dengan harta merupaan hal yang sangat erat, saat ini apa-apa membutuhkan uang, dari manusia lahir hingga manusia itu mati semuanya membutuhkan uang. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang menjadi hamba dari Tuhan baru yang bernama “Uang”.
Dalam posisi ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri bahwa pada dasarnya uang merupakan suatu bagian yang sangat penting dari suatu tatanan hidup seseorang, namun disisi lain ada hal yang menuntut saya untuk tidak dibutakan oleh uang, dengan asumsi saya seperti ini: “Uang memang penting, namun dengan banyaknya uang yang dimiliki, tidak serta merta menjadi jaminan bagi orang tersebut untuk BAHAGIA, tidak hanya itu semakin banyak uang atau penghasilan yang kalian dapatkan, hal tersebut berbanding lurus dengan banyaknya pengeluaran dalam hidup”, fiks ini adalah teori dasar dalam kehidupan dan memang begini adanya.
Sudah banyak contoh yang membuktikan, dan disini saya tidak lagi perlu mengumbar contoh-contoh lagi, karena dengan akal yang dimiliki oleh manusia, maka secara otomatis dia bisa memberikan contoh sendiri. Saat ini yang paling penting untuk dilakukan adalah bagaimana membuat hidup ini menjadi asik dan seru, mengapa?? Karena jika kita, saya, semua memilikirkan ambisi, keinginan, nafsu, atau masalah-masalah hidup, hal itu tidak akan ada habisnya.
Orang dengan gaji yang besar dia memiliki masalah hidup, orang dengan penghasilan yang kecil juga meiliki masalah dalam hidup, sekarang tinggal bagaimana membuat masalah tersebut menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan, ya meskipun hal itu tetap saja butuh uang. Namun uang dalam hal ini bukanlah sebagai Dewa atau Tuhan, namun sebagai alat pembayaran yang sah dan di dalamnya terdapat dua nilai yaitu nilai Nominal dan nilai Instrinsik.
Sudahlah, mari kita berfikir sederhana dan simpel-simpel saja, tanpa membuat hidup ini menjadi hidup yang rumit dan susah, mari kita sejenak berbagaia meski dengan segala keterbatasan yang kita miliki, setidaknya kita masih bisa menghirup nafas dengan Gratis tanpa harus bayar. Mari menjalani hidup, meski berat dan sulit TAPI jangan lupa bahagia.
Salam...

04.SMG.11.16

Kamis, 03 November 2016

Wangi itu berasal dari bunga kopi

Hari ini saya berjalan menuju kota yang diapit oleh lebih dari tiga gunung (sindoro, sumbing, merapi, merbabu, telomoyo, andong, tidar) kota kecil ditengah provinsi jawa tengah ini memang memiliki beberapa keunikan, salah satunya yaitu curah hujan yang cukup tinggi. Kota Magelang, kota yang penduduknya terasa sangat disiplin dan tenang, mungkin karena di kota ini ada akademi militer terbesar di Indonesia, jadi sebagian penduduk kota ini adalah orang-orang yang masih berbau militer, meski entah berapa jumlah presentasenya.
Namun yang ingin saya singgung bukanlah hal itu, melainkan perjalanan yang saya tempuh dari kota Semarang menuju kota Magelang. Waktu tempuh kurang lebih 2 jam, mengendarai motor, adapun jalur yang saya lewati adalah Kota semarang, Ungaran, Bawen, Ambarawa, Temanggung, Secang, dan Kota Magelang.
Kontur jalan yang berkelok dan naik turun, seakan memberi isyarat bagi siapapun yang lewat jalan ini harus hati-hati, karena tidak sedikit terjadi laka di jalur ini, jalur yang menghubungkan Jawa Tengah dengan DIY.
Yang menarik adalah ketika melintasi daerah Ambarawa-Temanggung, jalanan sempit dan naik turun , dengan pemandangan hutan produksi serta kebun kopi terhampar hampir disebagian besar jalur ini. Jika kawan melintasi daerah ini pada bulan September-November, kawan akan disuguhi hawa dingin yang cukup menusuk serta aroma khas bunga kopi.
Saya tidak bisa mendiskirpsikan seperti apa keharupan bunga kopi, namun aromanya sangat khas.
Kopi sendiri merupakan tanaman khas dataran tinggi, umumnya pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl. Untuk tanaman kopi sendiri berbunga 1x dalam 1 tahun, nah masa-masa berbunga inilah bagi saya dalah masa yang indah, betapa tidak sepanjang perjalanan (ambarawa-temanggung) saya dapat merasakan keharuman bunga kopi.
Bentuk bunga kopi pada umunya berbentuk lonjong dan berwarna putih, serta bergerombol pada batang, aroma bunga terasa cukup kuat, hal ini karena sepanjang jalur tersebut melintasi kebun kopi, kita bisa analogika seperti ini, dalam kebun kopi, banyak kopi yang berbunga, jika 1 bunga mengeluarkan aroma sedikit namun dalam kebun tersebut terdapat banyak bunga, jadi aroma tersebut terakumulasi sehingga membuat wangi seluruh area perkebunan, termasuk jaluryang melintasi perkebunan kopi.

Selasa, 11 Oktober 2016

Kecemasan Kaum Muda Urban



Perkotaan [1] kian disesaki kaum muda produktif. Beban kerja, tekanan lingkungan dan sosial, serta ketidakpastian masa depan membuat banyak di antara mereka stres. Jika tak segera ditangani, gangguan kejiwaan itu berpengaruh besar bagi kesehatan dan hubungan sosial masyarakat.


"Seratus domba, seratus satu domba, seratus dua domba.," ucap Chairul (32), warga Bintaro, Tangerang Selatan, pekan lalu, sambil memejamkan mata di atas ranjang untuk membantunya tidur. Namun, setelah hitungan ke-103, ia menyerah dan memilih bermain gawai meski jam sudah menunjukkan pukul 01.00.



Sebanyak lima hari dalam sepekan, Chairul hanya tidur empat jam setiap hari. Meski sudah mengantuk dan merebahkan diri di kasur sejak pukul 23.00, ia baru bisa tidur pukul 04.00. Keesokan hari, ia selalu terbangun pukul 08.00. "Saya insomnia sejak 2014," katanya.



Gangguan tidur itu dialami Chairul saat bekerja sebagai anggota tim kreatif di sebuah perusahaan periklanan di Jakarta. Adanya pesanan pembuatan beberapa iklan televisi dengan tenggat waktu yang ketat memaksanya kerja lembur mulai pukul 12.00 hingga 02.00.



Satu iklan idealnya butuh waktu sebulan untuk pengerjaannya dari pembahasan konsep hingga shooting. Namun, tuntutan klien membuat satu iklan harus selesai dalam tiga hari.



Siklus hidup dan jam biologisnya pun berubah. "Saya tertekan dengan tenggat yang diberikan. Bahkan, menurut istri, igauan saya dalam tidur masih soal pekerjaan," ujarnya.



Meski ia sudah keluar dari perusahaan itu pada akhir 2014 dan kini bekerja sebagai pembuat mural dan pekerja paruh waktu bidang periklanan, insomnianya tak juga hilang. Kondisi kurang tidur itu membuatnya merasa tak segar, suasana hati (mood) berantakan dan mudah marah. "Kadang merasa bersalah karena lebih mudah marah kepada anak," katanya.



Berbeda dengan Chairul yang memilih di rumah saat tak bisa tidur, Jenny (24), pegawai keuangan perusahaan periklanan di Meruya, Jakarta Barat, mencari kesibukan di luar rumah. Pada akhir pekan, ia menghabiskan waktu bersama teman di kafe atau diskotek sampai pukul 02.00. Ketika bersama teman, ia minum anggur untuk membantunya cepat tidur. 



Padahal, minuman beralkohol mengacaukan pola tidur. Di awal, alkohol seolah membantu tidur lebih cepat dan dalam. Namun sejatinya alkohol mengurangi fase tidur dangkal yang berguna memperbaiki kesehatan secara umum.



Jenny mengalami insomnia sejak pertama bekerja pada 2013. Saat itu, ia menjadi pegawai di bidang legal perusahaan alat kesehatan. Pekerjaan itu menuntutnya kerap lembur sampai pukul 04.00 selama 3-4 hari sepekan. Esoknya, ia harus masuk kantor pukul 08.30. "Banyak lembur biasanya terjadi dari pertengahan sampai akhir tahun," katanya.



Meski sudah lama keluar dari perusahaan itu, insomnianya tak lenyap. Ia mencoba tidur pukul 24.00. Sebelum tidur, ia menciptakan suasana nyaman, seperti mengenakan piama, berselimut, dan mematikan lampu. Namun, ia baru bisa tidur pukul 04.00. "Akibat kurang tidur, saya mudah lemas dan tak semangat bekerja," katanya.



Memicu depresi



Susah tidur adalah gejala yang kerap dialami orang stres atau tertekan. Agar bisa tertidur, seseorang butuh ketenangan. Namun, gejala itu kerap diabaikan. Warga lebih memperhatikan gejala fisik akibat stres, seperti pusing, sakit otot, jantung berdebar, dan sakit lambung. Akibatnya, mereka tak mencari pertolongan ke psikiater.



Psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta Nurmiati Amir mengatakan, tekanan kerja atau jadwal kerja tak teratur memicu stres hingga insomnia. "Saat tertekan, tubuh mengeluarkan hormon norepinefrin yang membuat tak tenang dan sulit tidur," ujarnya.



Jika jadwal kerja tak normal dipertahankan, pola tidur tak sehat jadi kebiasaan buruk yang bertahan lama. Padahal, insomnia berkepanjangan berisiko menimbulkan depresi ataupun gangguan fisik dan mengganggu konsentrasi kerja. "Gangguan tidur menghambat konsolidasi memori sehingga informasi tak terekam otak," ujarnya.



Lanny S Tanudjaja, dokter di Klinik Tidur RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, menegaskan, insomnia sebaiknya tak diatasi dengan obat tidur, tetapi dengan menerapkan higienis tidur ketika hendak tidur. Selain itu, dianjurkan tidur dengan jadwal sama tiap hari, mematikan lampu, tak makan berat, tak merokok, atau tak konsumsi kafein 3 jam menjelang tidur.



Tempat tidur juga harus bersih dari barang-barang, seperti buku atau laptop. "Fungsi ranjang hanya dua, untuk tidur dan berhubungan seksual," ucapnya.



Tata kota



Sejauh ini, prevalensi gangguan jiwa berat nasional 1,7 per 1.000 orang. Sementara prevalensi gangguan mental emosional 6 persen. Riset Kesehatan Dasar 2013 menyebutkan, prevalensi gangguan mental emosional lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan.



Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia Eka Viora mengatakan, gangguan jiwa yang banyak terdeteksi di perkotaan antara lain depresi, kecemasan, panik, dan kecanduan. "Kemacetan, kriminalitas, dan kemiskinan turut menjadi pemicu," ujarnya.



Peneliti Pusat Kesehatan Mental Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rahmat Hidayat mengatakan, ritme hidup dan dinamika kota serba cepat jadi faktor risiko stres. Tata kota dan sistem transportasi buruk jadi faktor penekan membuat warga rentan stres. "Stres dan perkotaan itu identik," katanya.



Padahal, kini 54 persen penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Itu membuat potensi warga stres amat besar. Jika tak segera diantisipasi, itu memicu banyak masalah kesehatan dan sosial. Apalagi, banyak warga melepaskan stres dengan rokok, alkohol, atau obat terlarang.



Karena itu, menyeimbangkan diri antara kehidupan karier dan sosial, serta memperbaiki tata kota dan transportasi, menjadi kunci mencegah stres warga. Aturan ketenagakerjaan pun harus dirombak agar bisa melindungi pekerja, khususnya pekerja muda, dari jam kerja berlebih. [2], [3].

[1]. Tulisan ini merupakan artikel yang dimuat di koran Kompas yang diterbitkan pada tanggal 11/10/2016. "Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Oktober 2016, di halaman 1 dengan judul "Kecemasan Kaum Muda Urban".
[2]. (C04/MZW)
[3]. Bagi saya, artikel ini merupakan artikel yang sangat menarik, karena generasi muda urban, memang benar-benar merasakan derita ini, tak menutup kemungkinan, bahkan saya pun merasakan hal tersebut, gelisah, susah tidur, setres. Padahal jika dipikirkan, saat-saat menjelang tidur merupakan saat yang paling menyenangkan, namun entah mengapa saya merasakan hal yang berbeda, bahwa saat sebelum tidur justru menjadi hal yang sangat menyakitkan, kenapa tidak, sudah hampir 2 jam saya mencoba untuk tidur namun yang terjadi adalah saya tidak  dapat tidur, meskipun badan ini sudah lelah, namun otak dan mata tak bisa terpejam nyenyak dalam buaian mimpi.

Senin, 03 Oktober 2016

Tuhan Baru Itu Bernama Sma*t Ph*n*


Kawan, sampai kapan kalian akan sadar, bawah apa yang kalian yakini sebagai Tuhan, kini telah ada dan nyata, bahkan Tuhan itu kini bisa kalian pegang, kalian raba, kalian cium, bahkan kalian tempelkan di Pipimu.
Sudah lah, tidak usah mengelak, bahwa apa yang orang-orang terdahulu yakini sebagai Tuhan kini keyakinan itu telah bergeser. Sadarlah....
Sekarang begini, jika dulu ketika orang meyakini Tuhan serta kekuatan yang Tuhan miliki, orang akan gelisah jika tidak dekat dengan Nya, oleh karena itu mereka selalu mengingat dan menyebut TuhanNya, kemanapun, bahwa ketika malam pertama perkawinan pun, mereka (orang-orang dulu) selalu berdoa dan menyebut nama Tuhanya.

Namun kini, hal itu tak perlu lagi kalian kawatirkan, saat ini Tuhan telah bermetamorfosis menjadi fleksibel dan efisian, gimana..... enak kan, punya Tuhan yang efisien.
Bahkan umat sekarang justru lebih rajin dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, karena cukup dengan mengusap pola atau mengetikan serangkaian angka, maka Tuhan mu telah menyapa.

Sudahlah tak usah mengelak....

Kalian sebenarnya sudah tahu kok siapa sesungguhnya Tuhan yang saat ini kalian sembah. Tentu tak perlu aku tuliskan "HP/Smart Phone" kan dalam tulisan ini untuk mengetahui siapa nama Tuhan yang saat ini sudah kamu sayang, kamu cinta, kamu sembah, bahkan kamu akan merasa gelisah, pusing atau mual muntah jika kamu tidak sedang bersama atau dekat dengan Tuhan BaruMu itu.

-----------peraduan: 03.00am

Jatirogo - Bulu - Sarang & Pesantren


Kehidupan pesantren begitu terasa, ketika mengawali langkah kaki pada kota kecil disudut kabupaten Tuban, "Jatirogo". Daerah yang terkenal dengan udaranya yang panas dan mentari yang terik, menjadi sebuah sapaan bagi setiap orang yang menapakan kaki di kota ini.
Kehidupan yang relatif santai dengan penduduknya yang mayoritas bekerja sebagai seorang peladang, menjadi gambaran yang khas pada daerah disekitar pantai utara jawa.
Pohon-pohon "bogor" (sebutan bagi pohon penghasil legen) menjulang tinggi berdampingan dengan pohon jambu monyet. Bagi masyarakat jatirogo dan sekitarnya minum legen merupakan kebiasaan yang jamak dilakukan, kesegaran yang ditawarkan oleh legen mengalahkan minuman bersoda pabrikan yang banyak dijual dikota-kota.
Tidak hanya legen yang menjadi gambaran umum daerah ini, Jatirogo, Bulu (Jawa Timur), dan Sarang (Jawa Tengah) seakan memiliki cora budaya yang tidak jauh berbeda, yaitu pesantren.
Di tiga daerah ini, kedetakan masyarakat dengan budaya pesantren menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan. Pada umunya masyarakat disini mensekolahkan anak-anaknya di sekolah Madrasah Ibtidaiyah atau sekolah dasar dipagi hari dan sore hari di Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ)
Atas bentuk pendidikan itulah, tak jarang anak-anak kecil disini sudah bisa baca tulis Al Qur'an. Gaya pembelajaranyapun cukup sederhana dan tradisional, meski demikian, lulusan-lulusan yang dihaasilkanya tidak dapat dipandang remeh.                        
Terbukti, banyak dari lulusan sekolah "sederhana" disini yang mampu melanjutkan ke perguruan lebih tinggi bahkan hingga ke luar negeri. Mesir, Arab Saudi, Qatar, Irak, Iran adalah negara-negara yang jamak dituju oleh para santri disini.
Dari kehidupan yang sederhana, sekolah yang sederhana serta masyarakatnya yang sederhana pula, namun mampu membentuk karakter kuat masyarakat Jatirogo, Bulu, Sarang.
Bukan masalah metode pembelajaran yang serba modern, atau kurikulum multimedia namun ketulusan tekat untuk terus belajar hingga mereka mampu menjadi manusi-manusia berkarakter.

Bulu, 14/9/16

Berapa Kali Harus Terbentur?


Terbentur, Terbentur, Terbentuk
Terbentur;
Kembali, aku harus merasakan bagaimana rasanya terbentur, terbentur pada sebuah kenyataan bahwa hidup ini akan terus berjalan dan sang waktu tidak pernah sedikitpun mau menunggu. Aku terbentur cukup keras kali ini, terbentur dalam meraih idealisme, terbentur dalam sebuah perjuangan untuk menggapai cita-cita yang sebelumnya telah aku gantungkan di ujung roket hingga akhirnya terbang ke angkasa. Angan-angan bahwa aku adalah generasi harapan bangsa.

Terbentur:
Ya.... Meski sebelumnya aku telah gagal, namun aku tidak menyerah dan patah arang untuk selalu berusaha dalam mencapai keadaan yang ideal, dimana benar adalah benar dan salah adalah salah, hingga akhirnya aku terbentur lagi untuk yang kedua kalinya. Kali ini aku menjadi pejuang adil dan ideal garis keras dimana pemilik modal tidak akan bisa berkutik jika pekerjanya melakukan pemogokan, ya... sebuah keadaan yang ideal, meski makan 1x sehari namun ketika masih memiliki angan-angan yang "ideal" itu, seakan perut ini menjadi kenyang, namun pada akhirnya aku terbentur lagi.

Terbentur;
Dua kali terbentur tidak membuatku patah semangat, meski keadaan yang ideal serta keadilan yang selalu dipuja dan diperjuangkan oleh banyak orang itu masih belum jelas wujudnya, namun selama masih memiliki semangat itu, tak masalah jika tidak punya uang untuk makan, bahkan besok mau makan apa juga tak tau, yang jelas "sesuatu yang ideal" itu adalah harta kekayaan yang tak ternilai harganya --- walaupun harta terakhir---.

Terbentuk:
Setelah 3x terbentur, akhirnya aku sadar, bahwa sesuatu yang ideal itu adalah suatu angan-angan yang utopis, meski tidak nyata namun tetap ada sebagai suatu angan-angan. Selain itu perlu di catat, jika aku terus-terusan mempertahankan sesuatu yang ideal tanpa membuka mata untuk dunia ini, maka aku tidak akan bisa sadar, bahwa: TV, AC, Kulkas, Pompa Air, KPR, BPJS tidak dapat diatasi hanya dengan senyuman dan "ideal", serta rasa lapar yang mendera istri dan anakku tidak akan selesai hanya dengan membicarakan #wacana dan #retorika.