Minggu, 21 Agustus 2016
Sekali Lagi, Hanya Lamunan
"Sudahlah nyo jangan dipikirkan, mereka ingin anaknya hidup ,apan, dengan calon yang sudah mereka siapkan, jadi kenapa kamu harus sedih"
"Bukan seperti itu ma, aku hanya ingin menjalani hidup ini dengan orang yang aku sayang, bukankah aku menjalani hidup dengan dia sudah sewindu, dan selama ini tidak pernah ada masalah ataupun konflik apapun, bahkan aku merasakan bahwa keluarga dia juga selalu mendukung apa yang aku dan dia lakukan",
"Masalahnya bukan itu nyo, tidakkah kamu mengaca akan diri dan hidupmu sekarang ini?"
Perkatan itu seakan mengingatkan aku dengan tulisan yang mereka kirimkan pada anaknya, "mamah cuma ingin kamu hidup bahagia, kecukupan, tidak lagi disibukkan dengan urusan harta, hidupmu sudah tertata, dan kamu hanya perlu memikirkan ibadah lepada Tuhan", kata-kata itu benar-benar menusuk hatiku.
"Ma, apakah aku salah jika aku suka dan sayang pada seseorang, apa aku salah jika aku terlahir dari keluarga yang sederhana", sahutku pada wanita setengah abad itu?
"Tidak, tidak ada yang salah", jawabnya.
"Lalu kenapa? Setelah 4 tahun berlalu, kenapa baru sekarang mereka ngomong seperti ini" sahutku dengan nada penuh kecewa.
"Sudahlah, setidaknya kamu adalah orang yang berpendidikan, bukankah orang berpendidikan harus berlaku adil sejak dalam pikiran...?" Jawab wanita itu sambil tersenyum.
"Justru karena itu ma aku bertanya dalam hatiku, sungguh tak adil, tak masuk akal, setelah berjalan selama ini, mereka bilang bahwa aku terlalu jauh, keluargaku belum tentu mau, bagaimana dengan masa depanmu, dan kata-kata dusta yang lain. Kenapa mereka tidak langsung saja berterus terang kalau aku, kurang kaya, aku tidak begelimang harta, aku bukan anak tunggal yang punya bayank warisan, dan aku bukanlah seorang lurah yang punya jabatan tinggi, kenapa tidak langsung saja berterusterang akan hal itu".
"Sudahlah nyo, meskipun tidak sedarah denganmu, orang itu tetap saja bagaikan ibu untukmu".
"Iya ma, memang saat ini ilmu itu bukan suatu hal yang penting, orang lebih memilih harta, tahta, warisan berlimpah daripada harus mengejar ilmu pengetahuan".
"Nyo, janganlah kamu berfikir seperti itu, setidaknya kamu sudah berusaha dengan baik, apapun yang terjadi kamu tidak boleh menyesal, karena kamu telah berusaha".
0 komentar:
Posting Komentar